Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toha dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit.
Namun kemajuan teknologi tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan kemajuan di bidang Geologi yang justru berjalan lambat. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan tentang letusan tersebut.
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di selat sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau purba. yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yand diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya yakni berbunyi, Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.
Menurut pakar Geologi, B.G. Escher, dan beberapa ahli lainnya mengatakan berasal dari Gunung Krakatau purba yang dalam teks tersebut disebut Batuwara.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan mass dicharge 1 juta ton per detik, Ledakan telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun. Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Rakata yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyati dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
0 komentar:
Posting Komentar